cover
Contact Name
Dian Yosi Arinawati
Contact Email
dianyosi@umy.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalkgumy@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Insisiva Dental Journal : Majalah Kedokteran Gigi Insisiva
ISSN : 22529764     EISSN : 26859165     DOI : 10.18196/idj
Core Subject : Health,
Insisiva Dental Jurnal memberikan informasi tentang ide, opini, perkembangan dan isu-isu di bidang kedokteran gigi meliputi klinis, penelitian, laporan kasus dan literature review.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2017)" : 14 Documents clear
Penatalaksanaan Stomatitis Alergika Disertai Dermatitis Perioral Akibat Alergi Telur Sung, Erna; Radhitia, Desiana
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi alergi yang dipicu oleh aktivasi IgE. Hipersensitivitastipe I dapat berupa reaksi anafilaktik sistemik atau reaksi lokal yang ditandai oleh inflamasi dan kerusakan epitelmukosa. Telur ayam dikenal sebagai makanan yang sering memicu alergi akibat kandungan protein di dalamnyamerangsang reaksi sistem imun secara berlebihan pada pasien tertentu. Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan membahaspenatalaksanaan stomatitis alergika disertai dermatitis perioral yang disebabkan oleh alergi telur ayam. Kasus:Seorang wanita berusia 18 tahun datang dengan keluhan utama bibir terasa perih dan tebal serta terdapat sariawan dilidah yang terasa perih bila disentuh. Keluhan dirasakan sejak pasien mengkonsumsi telur 3 hari sebelumnya. Pasienmemiliki riwayat alergi terhadap telur dan makanan laut. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan edema, deskuamasidan hiperpigmentasi di sekitar bibir. Pemeriksaan intraoral menunjukkan deskuamasi pada mukosa labial danmukosa bukal, serta bercak putih yang terasa sakit pada dorsum dan lateral lidah. Tatalaksana: Pemeriksaan darahmenunjukkan peningkatan kadar IgE total. Pasien dirawat dengan obat kumur anti-inflamasi non steroid dan dirujukuntuk pemeriksaan alergi lebih lanjut, serta diberikan krim kortikosteroid topikal untuk mengatasi hiperpigmentasidan rasa tebal pada daerah perioral. Pasien dianjurkan menghindari alergen. Perbaikan dicapai dalam 3 minggu danpemeriksaan alergi menunjukkan positif alergi terhadap telur. Simpulan: Klinisi harus memahami berbagai manifestasireaksi hipersensitivitas agar dapat menegakkan diagnosis dengan tepat dan menemukan pemicunya sehingga dapatmemberikan perawatan yang tepat.
Efek Jumlah Kandungan Filler Nanosisal Terhadap Ketahanan Fraktur Resin Komposit Nugroho, Dwi Aji; ., Wdjijono; ., Nuryono; Asmara, Widya; Wajar, Dony
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Salah satu komposisi resin komposit yaitu filler anorganik. Filler umumnya berasal dari glass.Material anorganik tersebut memiliki kekurangan yaitu proses pengolahan bersifat abrasive, polutan, dan konsumsienergi tinggi. Oleh karena itu, filler alternatif diperlukan, khususnya dari bahan organik. Bahan organik yangberpotensi adalah serat alam berupa sisal. Penelitian ini membuat bahan tumpatan resin komposit dengan sisalberukuran nano sebagai fillernya dan kita sebut nanosisal komposit. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruhjumlah filler nanosisal terhadap ketahanan fraktur resin komposit. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan 20sampel. Sampel yang digunakan adalah cetakan berbentuk balok berukuran 2x2x25mm (ISO-4049). Sampel dibagimenjadi empat kelompok dengan masing-masing berjumlah lima sample. Presentase filler masing kelompok adalah60%,65%,70% dan 3M ESPE-Z350. Sample diuji ketahanan fraktur menggunakan universal testing machine. Analisisdata menggunakan uji non-parametric Kruskal-Wallis. Hasil Penelitian: Resin komposit dengan filler 60% memilikirata-rata ketahanan fraktur 28.61 MPa, filler 65% sebesar 11,77 MPa, filler 70% 11,56 MPa dan resin komposit3M ESPE-Z350 35,36 MPa. Kruskal-Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05). Kesimpulan:Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak terdapat efek jumlah filler terhadap ketahanan fraktur resin komposit nanosisal.Kelompok resin komposit 3M ESPE-Z350 memiliki nilai ketahanan fraktur tertinggi. Jumlah kandungan filler yangoptimal dalam komposit nanosisal adalah 60%.
Pertimbangan Penggunaan Implan Gigi pada Lansia Ananda, Nissia; Sulistyani, Lilies Dwi; Bachtiar, Endang Winiati
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini terjadi perkembangan populasi lansia di Indonesia sehingga isu kesehatan lansia merupakan sesuatu yangesensial. Lansia adalah individu yang telah mengalami proses menua sehingga terjadi berbagai perubahan biologispada tubuhnya, sehingga berpengaruh terhadap penurunan fungsi organ. Kehilangan gigi adalah salah satu masalahyang umum pada lansia sehingga kebutuhan untuk pemasangan gigi tiruan merupakan hal penting yang perludiperhatikan masyarakat kelompok lansia. Implan gigi tiruan merupakan salah satu alternatif pengganti kehilangangigi yang memiliki banyak keuntungan dibandingkan gigi tiruan lain. Namun perlu disadari bahwa penggunaan implangigi memiliki pertimbangan-pertimbangan kondisi rongga mulut dan sistemik tertentu untuk menunjang keberhasilanperawatan. Pemahaman mengenai terjadinya proses menua dan hubungannya dengan pertimbangan penggunaanimplan sangat penting untuk diperhatikan oleh klinisi sebelum merencanakan perawatan, terutama berkaitan denganperubahan pada sistem pertahanan tubuh yang terjadi seiring proses menua.
Hubungan pH Saliva dan Kemampuan Buffer dengan DMF-T dan def-t pada Periode Gigi Bercampur Anak Usia 6-12 Tahun Wirawan, Ekky; Puspita, Sartika
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar salivarius. Fungsi dari saliva adalah menjaga lingkunganrongga mulut. Saliva memiliki peranan penting dalam proses terjadinya karies dimana pada saat pH rongga mulutdibawah 5,5 dapat terjadi proses demineralisasi atau proses karies pada gigi. Salah satu fungsi saliva adalah memilikikemampuan buffer yang dapat menjaga pH saliva saat pH turun menjadi asam dan naik menjadi sangat basa, sehinggaproses karies dapat dicegah. Karies adalah penyakit yang mengenai jaringan keras gigi yang disebabkan oleh interaksibakteri pada permukaan gigi, plak atau lapisan biofilm, dan substrat berisi karbohidrat yang difermentasikan menjadiasam oleh bakteri plak. Terdapat empat faktor yang saling berpengaruh terhadap kejadian karies adalah (1) waktu, (2)host atau gigi, (3) mikroorganisme, (4) substrat. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah terdapathubungan antara kemampuan buffer saliva terhadap status karies pada gigi bercampur anak usia 6-12 tahun. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah observasi klinik. Jumlah sampel adalah 10 anak yang datang periksa gigi di RSGMUMY. Hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kemampuan buffer saliva terhadap statuskaries gigi desidui dan pemanen pada periode gigi bercampur anak usia 6-12 tahun.
Gambaran Pola Densitas Kista Radikuler pada Sisa Akar dengan Cone Beam Computed Tomography (CBCT) Setyawan, Erwin
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang. Kista radikuler merupakan salah satu jenis kista yang paling sering terjadi pada tulang rahang.Dengan pemeriksaan radiograf konvensional kadang susah dibedakan dengan lesi lain. Salah satu cara untukmenentukan diagnosis lesi dengan melihat gambaran lesi dan batas tepi lesi. Radiograf CBCT mempunyai kemampuanuntuk menentukan densitas suatu lesi. Tujuan. Gambaran pola densitas kista radikuler dapat membantu menentukangambaran lesi dan batas tepi lesi. Kasus. Laki-laki berumur 28 tahun datang ke dokter gigi untuk cabut gigi 26. 10tahun kemudian pasien merasa ada benda keras muncul di area 26. Dilakukan radiograf periapikal, ada lesi radiolusenmendekati sinus maksilaris, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan CBCT. Manajemen kasus. Pemeriksaanradiograf CBCT potongan sagital diperoleh densitas tulang pada batas tepi lesi 626 HU dan 509 HU sedangkan padatengah lesi 119-281 HU, pada potongan coronal batas tepi lesi 626 HU dan 749 HU sedangkan pada tengah lesi 84-341HU, pada potongan axial batas tepi lesi 593 HU dan 665 HU sedangkan pada tengah lesi 66-294 HU. Ada perbedaanyang jauh antara tepi lesi dengan dalam lesi. Kesimpulan. Gambaran pola densitas pada lesi dan batas tepi lesi dapatmembuktikan bahwa lesi memiliki batas yang jelas dan tegas seperti karakteristik kista.
Perawatan Saluran Akar pada Gigi Incisivus Sentral dan Lateral Maksila dengan Perbedaan Status Pulpa: Laporan Kasus Pasril, Yusrini
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perawatan Saluran Akar (PSA) merupakan terapi yang tepat untuk mempertahankan gigi pada perawatan gigi di eramodern. Seperti yang diketahui, perawatan saluran akar merupakan perawatan yang membutuhkan aspek khususdan kemampuan teknis dalam merestorasi gigi akibat trauma atau komplikasi dari karies gigi. Patologi karies gigimenunjukkan secara lambat laun kematian pulpa dan munculnya abses periapical. Hal ini lah yang membedakanprosedur perawatan dan keberhasilannya dari kebutuhan perawatan saluran akar. Oleh karena itu, penegakkan statuspulpa penting untuk diketahui sebelum melakukan perawatan saluran akar.
Perbedaan Efektifitas antara Madu Bunga Kelengkeng (Euphoria Longana Sp) dengan Gel Karbamid Peroksida 10% sebagai Bahan Pemutih Gigi Setyawati, Any; Abdullah, Sofyan
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Warna gigi mempengaruhi penampilan seseorang, sehingga banyak orang menginginkan giginya berwarna putihdan cerah. Gigi putih dan cerah dapat dilakukan perawatan dengan bleaching (pemutihan gigi). Gel karbamidperoksida 10% adalah salah satu bahan pemutih gigi yang biasa digunakan dalam praktik kedokteran gigi. Bahanpemutih gigi relatif mahal dan mempunyai efek samping seperti sensitivitas gigi dan iritasi gingiva. Banyak penelitimencoba mencari bahan alternatif yang lebih aman dan lebih murah untuk memutihkan gigi. Madu mengandunghidrogen peroksida dan asam malat yang bisa memutihkan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaanefektifitas antara madu bunga kelengkeng (Euphoria Longana Sp) dengan gel karbamid peroksida 10% sebagaibahan pemutih gigi. Jenis penelitian ini adalah laboratoris dengan subyek penelitian 30 sampel gigi pasca ekstraksidilakukan discolorasi, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, 15 gigi direndam dalam madu dan 15 gigi direndamdalam gel karbamid peroksida 10%. Pengukuran warna gigi menggunakan shade guide dan spektrofotometer. Datayang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Independent Sample t-Test. Hasil penelitian ini didapatkan nilai p =0,001 (p <0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok madu bunga kelengkeng (EuphoriaLongana Sp) dengan gel karbamid peroksida 10%. Hal ini menunjukkan madu bunga kelengkeng (Euphoria LonganaSp) dan gel karbamid peroksida 10% dapat memutihkan gigi, walaupun hasil penelitian ini gel karbamid peroksida10% lebih efektif untuk memutihkan gigi.
Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Daun dan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Bakteri Penyebab Gingivitis pada Pasien dengan Ortodontik Cekat Widyaningrum, Ari Rahayu; Marsha, Nadianisa; Ardiansyah, M. Sulchan
Insisiva Dental Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenggunaan alat ortodontik cekat di dalam mulut semakin meningkatkan retensi plak, yang apabila tidakditanganimakaakan menimbulkan reaksi yang berkelanjutan seperti gingivitis. Ekstrak tanaman belimbing wuluh(Averrhoa bilimbi L) merupakan salah satu bahan antibakteri herbal yang dipercaya dapat menghambat pertumbuhanbakteri penyebab gingivitis.Daya antibakteri tanaman belimbing wuluh diperoleh dari kandungan zat aktifnyaantara lain flavonoid, tanin, dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hambat ekstrak daun dan buahbelimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis pada pengguna ortodontik cekat. Desainpenelitian pada penelitian ini adalah eksperimental laboratories murni secara in vitro dengan menggunakan metodedifusi. Bakteri anaerob yang diperoleh dari swab pada cairan sulkus gingiva menggunakan paperpoint pada penderitagingivitis pengguna ortodontik cekat. Kelompok perlakuan dibagi menjadi masing-masing 6 kelompok yaitu 12,5%,25%, 50%, 100% konsentrasi ekstrak daun dan buah belimbing wuluh, aquades steril (kontrol negatif), khlorhexidin0,2% (kontrol positif) dan direplikasi sebanyak 5 kali. Penelitian menggunakan media cawan petri dengan metodesumuran dan diinkubasi dengan 37°C selama 24 jam. Zona bening akan terlihat disekitar sumuran kemudian diukurmenggunakan jangka sorong dengan satuan millimeter. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji OneWay ANOVA kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc LSD test. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkanbahwa ekstrak daun dan buah belimbing wuluh secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebabgingivitis (p<0,05).
Penatalaksanaan Stomatitis Alergika Disertai Dermatitis Perioral Akibat Alergi Telur Erna Sung; Desiana Radhitia
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.6180

Abstract

Pendahuluan: Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi alergi yang dipicu oleh aktivasi IgE. Hipersensitivitastipe I dapat berupa reaksi anafilaktik sistemik atau reaksi lokal yang ditandai oleh inflamasi dan kerusakan epitelmukosa. Telur ayam dikenal sebagai makanan yang sering memicu alergi akibat kandungan protein di dalamnyamerangsang reaksi sistem imun secara berlebihan pada pasien tertentu. Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan membahaspenatalaksanaan stomatitis alergika disertai dermatitis perioral yang disebabkan oleh alergi telur ayam. Kasus:Seorang wanita berusia 18 tahun datang dengan keluhan utama bibir terasa perih dan tebal serta terdapat sariawan dilidah yang terasa perih bila disentuh. Keluhan dirasakan sejak pasien mengkonsumsi telur 3 hari sebelumnya. Pasienmemiliki riwayat alergi terhadap telur dan makanan laut. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan edema, deskuamasidan hiperpigmentasi di sekitar bibir. Pemeriksaan intraoral menunjukkan deskuamasi pada mukosa labial danmukosa bukal, serta bercak putih yang terasa sakit pada dorsum dan lateral lidah. Tatalaksana: Pemeriksaan darahmenunjukkan peningkatan kadar IgE total. Pasien dirawat dengan obat kumur anti-inflamasi non steroid dan dirujukuntuk pemeriksaan alergi lebih lanjut, serta diberikan krim kortikosteroid topikal untuk mengatasi hiperpigmentasidan rasa tebal pada daerah perioral. Pasien dianjurkan menghindari alergen. Perbaikan dicapai dalam 3 minggu danpemeriksaan alergi menunjukkan positif alergi terhadap telur. Simpulan: Klinisi harus memahami berbagai manifestasireaksi hipersensitivitas agar dapat menegakkan diagnosis dengan tepat dan menemukan pemicunya sehingga dapatmemberikan perawatan yang tepat.
Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Daun dan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Bakteri Penyebab Gingivitis pada Pasien dengan Ortodontik Cekat Ari Rahayu Widyaningrum; Nadianisa Marsha; M. Sulchan Ardiansyah
Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/di.6175

Abstract

AbstrakPenggunaan alat ortodontik cekat di dalam mulut semakin meningkatkan retensi plak, yang apabila tidakditanganimakaakan menimbulkan reaksi yang berkelanjutan seperti gingivitis. Ekstrak tanaman belimbing wuluh(Averrhoa bilimbi L) merupakan salah satu bahan antibakteri herbal yang dipercaya dapat menghambat pertumbuhanbakteri penyebab gingivitis.Daya antibakteri tanaman belimbing wuluh diperoleh dari kandungan zat aktifnyaantara lain flavonoid, tanin, dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hambat ekstrak daun dan buahbelimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis pada pengguna ortodontik cekat. Desainpenelitian pada penelitian ini adalah eksperimental laboratories murni secara in vitro dengan menggunakan metodedifusi. Bakteri anaerob yang diperoleh dari swab pada cairan sulkus gingiva menggunakan paperpoint pada penderitagingivitis pengguna ortodontik cekat. Kelompok perlakuan dibagi menjadi masing-masing 6 kelompok yaitu 12,5%,25%, 50%, 100% konsentrasi ekstrak daun dan buah belimbing wuluh, aquades steril (kontrol negatif), khlorhexidin0,2% (kontrol positif) dan direplikasi sebanyak 5 kali. Penelitian menggunakan media cawan petri dengan metodesumuran dan diinkubasi dengan 37°C selama 24 jam. Zona bening akan terlihat disekitar sumuran kemudian diukurmenggunakan jangka sorong dengan satuan millimeter. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji OneWay ANOVA kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc LSD test. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkanbahwa ekstrak daun dan buah belimbing wuluh secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebabgingivitis (p0,05).

Page 1 of 2 | Total Record : 14